Kamis, 26 September 2013

Keyakinan Kita

Pernah suatu ketika pas dulu pacaran sama orang buddha, kita diskusi juga masalah agama. Dia ini sebelumnya udah belajar tuh kelima agama di Indonesia, mulai dari Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha. Dan dari sekian banyak yang di pelajari itu ternyata yang menurut hati dan ego-nya benar adalah Buddha.
Menarik nih, dari sekian banyak diskusi kita hal paling dasar yang beda adalah Ibadah, Qada-Qadar dan kehidupan setelah mati. Keren kan? Bukan Tuhan, bukan Muhammad Rasulullah, bukan malaikat, bukan pula Al-Qur'an.
Sesuai dari diskusi kita, kita sepaham bahwa Tuhan itu ya emang satu, ga mungkin dua, tiga, apalagi banyak, apapun nama Tuhan itu. FYI,Buddha itu bukan tuhan mereka,dan patung Buddha hanyalah "media" bagi akal mereka agar lebih khusuk berdoa,menurut dia. Bahkan bisa jadi Tuhan ya alam semesta ini sendiri.
Malaikat, kita juga sepaham bahwa malaikat adalah "pembantu" Tuhan untuk menyampaikan maksud Tuhan kepada seluruh makhluk lainnya, seperti hal nya dewa-dewa mereka. Tentang Muhammad Rasulullah, agak berbeda namun tak begitu sengit, kita percaya bahwa Muhammad sebagai Rasulullah, utusan Allah kepada segenap manusia, bedanya aku berpendapat bahwa Muhammad adl penyempurna ajaran-ajaran sebelumnya, sedangkan dia berpendapat bahwa Muhammad tak lebih sempurna daripada Sidharta Gautama. Pun begitu dengan Al-Qur'an, tak lebih baik dari Kitab Weda.
Nah perbedaan sengit justru ada pada tata cara Ibadah, dia berpendapat bahwa Ibadah adalah urusan hati yang berbanding lurus dengan perbuatan kita terhadap sesama dan lingkungan (semua hal dari alam), segala macam sholat, dzikir, dll tidaklah ada gunanya jika tak berwujud dalam hidup keseharian kita. Jika kita melakukan sholat dan dzikir sepanjang waktu, tapi perbuatan kita buruk maka itu bukanlah sebuah ibadah yang sesungguhnya (sholat dan dzikir hanyalah "alat" seperti patung Buddha). Ibadah menurutnya adalah segala bentuk perbuatan baik sekecil apapun.
Hal kedua adalah Qada-Qadar, takdir, dia meyakini bahwa takdir itu adalah buatan pribadi kita sendiri. Baik atau buruk nasib kita itu adalah hasil dari perbuatan kita sendiri, baik yang sekarang maupun perbuatan di masa lalu (dari hasil reinkarnasi). Dan ini berkaitan pula dengan kehidupan setelah mati, aku meyakini bahwa ada surga dan neraka setelah mati dan kiamat nanti. Tapi dia, dia tak yakin adanya kiamat. Alam, terlalu luas untuk hancur secara bersama-sama, mungkin bumi dan galaksi bima sakti ini bisa hancur, tapi ada berapa galaksi di luar sana, pun juga reinkarnasi tak selalu harus berwujud manusia kembali, entah berwujud hewan, tumbuhan, atau makhluk lain apa lagi di luar sana. Sedangkan surga adalah suatu kondisi dimana kehidupan begitu damai dalam hati dan pikiran, dan sebaliknya adalah neraka.
Dan pada akhirnya kita berpisah, bukan karena perbedaan agama, tapi lebih karena kepercayaan terhadap sebuah takdir bagiku dan jarak baginya. Bagaimanapun sebuah kisah indah tentang hakikat perbedaan kebenaran pernah bersemayam dalam hati kita berdua.
Jadi adakah kebenaran mutlak di dunia ini? Hanya Tuhan Yang Maha Tahu yg mengerti, kita hanyalah makhluk yg hanya sedikit tahu..Fanatik boleh, yakin dengan kebenaran kita wajib, tapi jangan pernah memaksakan kebenaran kita pada yang lain, apalagi mencela kebenaran orang lain. Menghina sebuah kesalahan (atau kebenaran orang lain) adalah sebuah kesalahan itu sendiri.

@awanglicious

See yaa..
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

Tidak ada komentar:

Posting Komentar