Jumat, 02 Agustus 2013

Islamku, Islam Anda, Islam Kita

Pemahaman agama yg berbeda sangat dipengaruhi oleh perjalanan spiritual/ibadah masing-masing individu, karena perjalanan spiritual yg ditempuh masing-masing individu berbeda, maka hasil pencapaian akan makna beragama juga berbeda.

Makna islam bagi orang yang perjalanan spiritualnya di pesantren tentu berbeda dengan makna Islam yang belajar ngaji di musholla, begitu juga pemaknaan Islam bagi yang tinggal di perkotaan dan yang tinggal di pedesaan, banyak nilai & emosi yang ikut memberikan warna. Bahwa pemikiran itu terbentuk setelah mengalami proses perjalanan yang panjang.

Gus Dur mengakui pada awalnya, beliau mengikuti jalan pikiran ekstrimis yang branggapan Islam sebagai alternatif adalah pola pemikiran 'barat'. Namun dalam perjalanannya, Gus Dur mulai melihat Islam sebagai jalan hidup (syari'ah) yang saling belajar dan mengambil berbagai ideologi non-agama.

Gus Dur pun menyadari bahwa penilaian tentang Islam sbg Jalan hidup ini akan berbeda penasiran atau interprestasi dengan orang lain. Pengalaman pribadi setiap orang tidak akan pernah sama dengan pengalaman orang lain terutama wilayah spiritual. Pengalaman dan pemikiran yang berbeda oleh setiap pribadi orang adalah sesuatu yg khas, dan kemudian dapat disebut 'Islamku'

Kalau pandangan pribadi dipaksakan, akan terjadi dislokasi pada orang lain dislokasi itu akan membunuh keindahan semula dari pandangan sendiri tentang Islam. Dalam berbeda pandangan, orang sering memaksa kehendak & menganggap pandangan yg dikemukakannya sebagai satu-satunya kebenaran.

Gus Dur mengatakan bahwa pemaksaan adalah cara yg tidak rasional meskipun kandungan isi yg disampaikan sangat rasional. Sebaliknya pandangan spritual yg irrasional bisa ditawarkan pada orang lain tanpa paksaan. Contohnya adalah tradisionalisme agama yg banyak kita temui di daerah pedesaan atau tradisi haul yg diselenggarakan oleh pesantren.

Ada juga kebenaran yg diperoleh dengan mempercayai pengalaman spiritual irrasional didasarkan pd keyakinan. Gus Dur menyebutnya sebagai IslamAnda.
'Islam Anda' yang kadar penghormatan terhadapnya ditentukan oleh banyaknya orang yang melakukannya sebagai bentuk keharusan & kebenaran.

Kita harus menyadari bahwa 'Muslim yg baik' adalah yang tidak sekedar menjalankan pelaksanaan ajaran islam semata, "Muslim yg baik' adalah muslim yang juga turut memikirkan masa depan Islam. Pandangan yang mementingkan masa depan Islam ini disebut 'Islam Kita' yg mengacu pd kepentingan bersama kaum muslimin.

Gus Dur merumuskan bahwa 'Islam Kita' ini merupakan cakupan 'Islamku' & 'Islam Anda'. Karena berwatak umum dan menyangkut kaum muslim seluruhnya. 'Islamku' berbeda isi dan bentuknya dari 'Islam Anda', hal ini yang membuat sulitnya merumuskan seperti apa 'Islam Kita'.

Namun saat ini ada kecenderungan 'Islam Kita' yg hendak dipaksakan oleh skelompok org, dengan wewenang menafsirkan segala sesuatu di pegang mereka. Jelas PEMAKSAAN kehendak dalam bentuk pemaksaan tafsiran itu BERTENTANGAN dengan DEMOKRASI. Beberapa kasus Pemaksaan kehendak sering berwujud dalam 'Ideologi Islam' yg hendak dipaksakan sbg ideologi negara ini.

Kalau kita ingin melestarikan 'Islamku' maupun 'Islam Anda' yang harus dlakukan adalah menolak islam sbg ideologi negara. 'Islamku' dan 'Islam Anda' sangat beragam bentuknya. Mengapa harus dipaksakan menjadi seragam?

Akhirnya, bisakah hal-hal esensial yg menjadi keprihatinan kaum muslim akhirnya diterima sebagai 'Islam Kita' dg sukarela yg tdk memaksakan pandangan?

Contoh hal esensial itu seperti: Islam berperan dalam mengangkat harkat umatnya dari penindasan & kemiskinan, atau Islam berperan dalam membentuk moralitas bangsa yg berpihak pada kelompok terlemahkan (mustadh'afin).

"Kita seharusnya tidak memaksakan interpretasi kita sendiri pada orang lain" - Gus Dur

~ Hal terkecil dalam bersikap toleran pada sesama adalah MENERIMA perbedaan pandangan orang lain ~
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

2 komentar:

  1. -Kalau kita ingin melestarikan 'Islamku'
    maupun 'Islam Anda' yang harus dlakukan
    adalah menolak islam sbg ideologi negara.
    'Islamku' dan 'Islam Anda' sangat
    beragam bentuknya. Mengapa harus
    dipaksakan menjadi seragam?-

    Aku kurang setuju dg paragraf ini, tp msh blm bisa berargumen balik. Belajar dulu lagi deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. ketidak-setujuan adalah hal yang wajar dalam sebuah pemikiran...

      ketidak setujuan anda mungkin ketika saya menolak menjadikan Islam sebagai ideologi negara...

      penolakan tersebut adalah terjadi untuk saat ini hingga suatu saat dimana ke-"seragam"-an makna Islam yakni "Islam Kita" hadir dengan tanpa PEMAKSAAN dan secara sukarela di terima seperti ketika zaman Rasulullah SAW...

      Wallahu 'alam.. saya juga masih fakir ilmu...

      Hapus