Senin, 20 Februari 2012

Renungan Seorang Kakek.....

ini adalah sebuah email yang dikirimkan oleh seorang aktivis generasi islam pada tahun 1960-an, yang sekarang usia beliau kira2 70-an tahun. Sungguh seorang sosok yg patut mendapat apresiasi tersendiri, meskipun beliau sudah tua namun beliau mampu berpikir kritis demi agama islam ke depannya. Berikut isi email tersebut :

" Sahabatku, saya ingin sampaikan renungan berikut ini. Di tempat saya tinggal ada sebuah masjid yang cukup besar. Kalau jum'atan jamaah yang mengisi sekitar 700-an orang dan 40-an kalau waktu subuh. Masjid ini adalah masjid kompleks dengan 600-an rumah. Jika Jum'at hanya ada beberapa anak remaja, kalau maghrib ada 2-3 orang remaja, sedangkan Isya' dan Subuh tidak ada anak remaja yang ikut shalat jamaah. Kalau Subuh hanya ada 3 orang yang berumur muda di bawah 50 tahun, selainnya adalah jamaah yang berumur 50 th keatas. Di Masjid lain sekitar perumahan kami, keadaannya hampir serupa. Selain tentunya masjid desa yang masih ramai diisi oleh remaja dan anak muda."

" Kalau tidak salah ini akibat kita tidak punya banyak da'i yang serius membina umat. Banyak muballigh ( bukan da'i) yang datang berdasarkan undangan dan di bayar. Saya kira kita butuh juru dakwah (da'i) yang bekerja sungguhan bagi yang mengajar karena panggilan hidup dan penuh dedikasi. Sayangnya muballigh itu kan perlu penghasilan juga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka, sehingga mereka "terpaksa" mejadi muballigh dan bukannya menjadi da'i. Oleh karena itu, hal ini perlu kita pikirkan dengan sungguh-sungguh, yaitu harus ada lembaga agama islam yang memikirkan kehidupan para da'i kita. Dimana mereka tidak boleh menerima honor dari pihak yang mengundang. kiranya lembaga BAZIS kita dan lembaga waqaf kita perlu di arahkan untuk mulai memikirkan masalah ini, bukan  sekedar memikirkan anak yatim dan fakir miskin belaka. Tapi juga bagaimana dakwah Islam dimasa depan bagi bangsa Indonesia ini."

" Saya ingat pada tahun 1980-an ramai pembicaraan tentang generasi muda Eropa yang tidak pergi ke gereja. Sampai-sampai gereja di jual dan di beli oleh umat islam dan di jadikan masjid. Pada awal 1990-an saya sempat shalat di masjid tersebut, dan waktu itu saya berpikir bahwa hal itu tidak akan terjadi pada umat Islam di Indonesia. Tetapi sekarang saya ragu, apakah keyakinan saya pada awal tahun 1990-an itu tetap benar dan masih berlaku sampai masa sekarang. Karena sekarang ada tanda-tanda masjid sudah sepi dari generasi muda dan dari anak remaja."
" Sementara itu saya perhatikan ormas-ormas Islam yang banyak itu tidak mengambil perhatian yang serius terhadap masalah dakwah ini. Bahkan kesannya ormas-ormas Islam itu lebih sibuk dengan kegiatan politiknya, setidak-tidaknya ikut larut dalam proses "politiking" yang terjadi pada masyarakat politik, bahkan tidak jarang ormas dijadikan alat politik untuk mengincar posisi tertentu."

" Kiranya keadaan ini bisa menjadi perhatian mu sahabatku, karena aku berharap hal ini bisa di masyarakatkan."

demikianlah kawan...
sepenggal pikiran dari seorang kakek yg sangat menusuk, ketika kita di sibukkan dengan berbagai macam hal kita seakan melupakan dasarnya..
tapi saya percaya,di balik sana, di balik punggung kami masih banyak da'i-da'i yg tetap berpegang teguh pada tujuan memajukan umat                                                             
      wallahu "alam bisshowab.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar