Selasa, 15 Oktober 2013

Idul Adha

Idul Adha tahun ini sama seperti tahun-tahun yang sebelumnya, penceramah di masjid tempatku dan keluarga menunaikan sholat belum berceramah tentang sesuatu yang beda. Masih terlalu standart, cerita-cerita tentang puja-puji Nabiyullah Ibrahim dan putranya Ismail alaihissalam, dan makna kurban. Ceramah yg terlalu standart ini seperti sebuah kaset yg diputar berulang kali dan itu membosankan, yg membuat banyak jama'ah sholat alih-alih memperhatikan, malah tidur ! :(
Seharusnya momen inilah saat tepat bagi penceramah untuk (setidaknya sedikit) menggugah mindset, pola pikir, masyarakat tentang bukan hanya makna kurban bagi pribadi, tapi juga masyarakat, kehidupan beragama, kehidupan pluralitas, kehidupan yg terus berkembang.
Seperti yg sudah-sudah pula, ceramah "standart" ini berujung pada jeleknya pola pendistribusian daging kurban. Meskipun tak ada syarat khusus dalam hal distribusi daging kurban, tapi setidaknya jika sebuah ceramah mungkin bisa merubah cara pendistribusian yg lebih merata dan manusiawi.
Semisal di rumah ku, kami mendapatkan daging kurban hampir 5kg. Padahal di bagian lain jakarta banyak yg mengantri, bahkan hingga ada yg meninggal, hanya untuk dapat 0,5kg daging. Ironis bukan?
Dari ceramah-ceramah "standart" itu pula momen Idul Adha dan Haji seakan kehilangan "ruh", seolah-olah hanya sebagai kegiatan rutin tahunan yg wajib ada. Hanya sebatas itu, ga lebih dan mungkin malah berkurang.
Pada akhirnya, semoga para pendakwah kita tak bosan-bosan untuk berinovasi dan lebih kreatif untuk mengingatkan umat ke arah yg lebih baik dg tausiah-tausiahnya. Aamiin.. Dan tentu sebagai seorang pribadi, kita bisa lebih memahami hikmah dan esensi dari kejadian-kejadian yg sering kita alami.

Wallahu 'alam bisshowab

Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

Tidak ada komentar:

Posting Komentar