Kamis, 16 Mei 2013

Adzan Terakhir Sang Muadzzin : Bilal Bin Rabbah

Cukup banyak kisah kesetiaan persahabatan yg kita baca dan kita dengar. Hampir semuanya selalu mengharukan dan membuat dada sesak.. Kisah2 ini pun banyak juga dari para sahabat Nabi, bagaimana kesetiaan mereka pada Nabi dan bagaimana nostalgia mereka sepeninggal Nabi.. Salah satunya adalah kisah Bilal bin Rabah, salah satu tokoh dan pembesar sahabat yg semasa Nabi berposisi sebagai muaddzin khusus beliau..
Semasa Nabi hidup, dan sejak disyariatkannya Adzan sebagai tanda masuknya waktu Shalat, Bilal menjabat posisi tetap itu, adzan 5 waktu dan itu berlangsung sampai Nabi kembali ke hadirat Allah. Setelah wafatnya Nabi, Bilal tidak mau lagi mengumandangkan Adzan, sebab pasti bersedih..
Posisinya pun diganti orang lain, itupun setiap adzan Bilal selalu mengenang wajah sosok yg telah mengangkat martabatnya begitu tinggi..
Pernah khalifah Abu Bakr memintanya untuk mengumandangkan adzan kembali, akan tetapi Bilal menolak sehingga Abu Bakr pun sempat mendesaknya, Bilal pun bertanya kepada Abu Bakr perihal peristiwa pedih kala kaum muslim masih hidup tertindas di Mekkah di awal2 masa risalah. Kala Bilal mengalami deraan siksaan hebat dari majikannya sebab dia memeluk Islam, dan Abu Bakr yg membebaskannya dg menebus Bilal.. Saat itu juga Bilal tak lagi berstatus sebagai hamba sahaya karena Abu Bakr menebus dan memberinya hak manusia merdeka karena Allah. Ketika didesak untuk adzan lagi, Bilal bertanya pada Abu Bakr apa motif dia saat menebusnya dulu? Karena Allah apa karena untuk Abu Bakr, Abu Bakr pun menjawab bahwa dia dulu menebusnya karena Allah. Bilal pun berkata " kalau begitu biarkan aku dg keinginanku, tidak adzan lagi.."
Abu Bakr pun membiarkannya dan tak lagi mendesaknya sampai beliau wafat dan khalifah digantikan oleh Umar bin Khattab..
Saat kepemimpinan Umar ini, Bilal memutuskan untuk ikut pasukan muslimin yg sedang melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah Romawi dan Persia. Hingga suatu saat Bilal memutuskan untuk menetap di salah satu kota yg berhasil dimerdekakan tentara muslim dari cengkeraman Romawi, Aleppo. Bertahun-tahun Bilal tinggal di kota itu dengan tujuan menghabiskan masa tua & sisa hidupnya.
Sampai suatu hari dia bermimpi jumpa sahabat lama, telah lama sekali jg Bilal tak memimpikan Sang Sahabat yg mengubah total seluruh hidupnya dan menjadikannya begitu berarti.. Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa salam !!!
Namun dalam mimpi itu, sang sahabat menegurnya, "maa hadza-l jafa' Ya Bilal", mengapa kamu tidak mengunjungiku Ya Bilal?
Seketika Bilal terperanjat bangun, Ya! cukup lama sudah dia meninggalkan Madinah, kerinduan pada Nabi mendadak begitu membuncah kali ini.. Bilal pun mempersiapkan segalanya untuk melakukan perjalanan ke Madinah, mengunjungi sang sahabat, berziarah pada Nabi.
Sesampai Madinah, Bilal segera bergegas ke masjid dan menuju makam sang sahabat, bersimpuh dan menangis tersedu sedan, Membuncah-ruahkan rindu.. Saat itu, Bilal dihampiri oleh dua anak yg telah beranjak remaja, cucunda Nabi, Hasan dan Husain, Bilal pun menangis memeluk keduanya .Salah satu dari cucunda Nabi berkata pada Bilal, "pamanda, maukah engkau sekali saja mengumandangkan adzan? Kami rindu pada kakek kami" Bilal terdiam, saat itu Khalifah Umar bertepatan sedang di masjid dan melihat adegan itu. Umar pun memohon Bilal untuk adzan. Dengan berat hati Bilal bersedia, sebab dia tahu bahwa dia pasti akan bersedih luar biasa jika mengumandangkan adzan kembali.
Namun karena permintaan cucunda Nabi dan permohonan Umar akhirnya Bilal bersedia untuk mengumandangkan adzan, sekali itu saja..
Bilal pun naik menara, dan saat dia berteriak "Allahu Akbar, Allahu Akbar", mendadak seluruh aktivitas kota Madinah terhenti, semua diam Seluruhnya tercekat, hari-hari indah semasa Nabi yg telah lama berlalu seolah hari itu kembali lagi, seisi kota terdiam bernostalgia, deja vu..
Saat Bilal mengumandangkan "Asyhadu an laa ilaha ilallah", seisi kota berhamburan berlarian ke arah masjid, bahkan wanita dlm pingitan seluruhnya berkumpul di halaman masjid, seolah Nabi hidup kembali, rasa rindu pada Sang Junjungan membuncah luar biasa dalam dada mereka
Dan kala Bilal mengumandangkan "Asyhadu anna Muhammadan Rasulallah", seketika tangisan pecah, seluruhnya-luruh dalam air mata. Semuanya menangis tersedu sedan teringat Nabi, bahkan Umar yg paling keras. Bilal sendiri jatuh terduduk menangis sesenggukan.
Dan adzan itu, adzan nostalgia yg dikumandangkan Bilal itu, tidak pernah rampung, Bilal tak sanggup meneruskan Adzan nostalgia itu. Sejarah mencatat, adzan nostalgia yang tidak selesai itu, adalah adzan terakhir yg dikumandangkan Bilal, setelah itu dia tidak adzan lagi..
Suatu gambaran cinta yang luar biasa. Tak diketemukan dalam sejarah apapun kekuatan cinta antara Rasulullah dan sahabat2nya.
Ya Allah... Tumbuhkan dalam hati kami rasa cinta yang luar biasa itu kepada Sang Junjungan yg kami sayangi...
Allahumma amboi indahnya... Allahumma amboi syahdunya... Allahumma amboi rindunya... Shallallah alaika Ya Sayyidi Ya Rasulallah :'(


Dari Kitab : Hayatus Shohabah, by Zakaria al-Kandahlawi
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

Tidak ada komentar:

Posting Komentar