Rabu, 31 Juli 2013

Kekaguman para sahabat dan murid-muridnya tak menggetarkan pribadi Hasan al-Bashri untuk tetap hidup penuh kesederhanaan. Di rumah susun yang tidak terlalu besar ia tinggal bersama istri tercinta. Di bagian atas adalah tempat tinggal seorang Nasrani. Kehidupan berumah tangga dan bertetangga mengalir tenang dan harmonis meski diliputi kekurangan menurut ukuran duniawi.

Di dalam kamar Hasan al-Bashri selalu terlihat ember kecil penampung tetesan air dari atap kamarnya. Istrinya memang sengaja memasangnya atas permintaan Hasan al-Bashri agar tetesan tak meluber. Hasan al-Bashri rutin mengganti ember itu tiap kali penuh dan sesekali mengelap sisa percikan yang sempat membasahi ubin. 

Hasan al-Bashri tak pernah berniat memperbaiki atap itu. "Kita tak boleh mengusik tetangga," dalihnya.

Jika dirunut, atap kamar Hasan al-Bashri tak lain merupakan ubin kamar mandi seorang Nasrani, tetangganya. Karena ada kerusakan, air kencing dan kotoran merembes ke dalam kamar Sang Imam  tanpa mengikuti saluran yang tersedia.

Tetangga Nasrani itu tak bereaksi apa-apa tentang kejadian ini karena Hasan al-Bashri sendiri belum pernah mengabarinya. Hingga suatu ketika si tetangga menjenguk Hasan al-Bashri yang tengah sakit dan menyaksikan sendiri cairan najis kamar mandinya menimpa ruangan Hasan Al-Bashri.

"Imam, sejak kapan engkau bersabar dengan semua ini," tetangga Nasrani tampak menyesal.

Hasan al-Bashri hanya terdiam memandang, sambil melempar senyum pendek.

Merasa tak ada jawaban tetangga Nasrani pun setengah mendesak. "Tolong katakan dengan jujur, wahai Imam. Ini demi melegakan hati kami."

Dengan suara berat Hasan al-Bashri pun menimpali, "Dua puluh tahun yang lalu."

"Lantas mengapa engkau tidak memberitahuku?"

"Memuliakan tetangga adalah hal yang wajib. Nabi kami mengajaran, 'Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tetangga'. Anda adalah tetangga saya," tukasnya lirih.

Tetangga Nasrani itu seketika mengucapkan dua kalimat syahadat..

Bagaimana dengan kita kawan?
Sudahkah menghormati tetangga / non-muslim sedemikian rupa?
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

Jumat, 26 Juli 2013

Quote

Quote yang sangat mempesona dari seseorang yang juga sangat mempesona..

"Tidak ada ruang kecewa karena manusia untuk sesuatu yg diniatin karena Allah"

Kalau perkiraanku benar, quote ini terwujud ketika beberapa waktu sebelum di selenggarakannya #BUKBERakbarPAY ketika aku, sebagai salah satu panitia merasakan sesuatu yang salah, merasakan sebuah perasaan yang tiba-tiba merasa bersalah karena ketidak-hadiran saudara seperjuangan yang lain..

Tapi disini aku tak hendak menjelaskan asal muasal Quote tersebut, tapi jauh di luar itu. Mencoba meluaskan makna yang tersirat.

Sesuai dengan sebuah ayat yang pasti di baca oleh setiap muslim, yaitu ayat keempat dalam surat pertama Al-Qur'anul Karim :

" Iyyaka na'budu, wa Iyyaka nasta'in"

yang berarti pula bahwa hendaknya jika kita memahami esensi shalat kita, maka setidaknya dalam setiap hembusan nafas, setiap gerakan, pemikiran dan segalanya adalah hanya untuk Allah.

Maka ketika semua hal yang terjadi dari awal kita membuka mata hingga tertutup pada akhirnya adalah hanya untuk Allah. Dan sesuai quote di atas seharusnya tak ada satu pun rasa kecewa hadir karena perbuatan dan perilaku manusia di sepanjang hari kita.

Sehingga bisa di tebak di akhirnya, bahwa dalam arti luas quote tersebut seharusnya berkait pula dengan ayat

"Laa tahzan innaLLaha ma'ana"

Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita"

Juga ayat

"Fabi ayyi aalaa i rabbikumaa tukadzibaan"

Maka nikmat Tuhan mana yg kita dustakan?

Gimana? Sungguh mempesona kan?
Tinggal prakteknya aja yang mungkin agak rumit, tapi tetep aja belajar..^_^

Wallahu'alam bis showab

*kalo mbulet karena nulisnya ngantuk*
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rindu

Kematian itu mendekat, ia tak pernah menjauh...
Kerinduan itu melekat, tak pernah ia tak menyentuh..
Aku tidak memahami masa depan, tapi setidaknya aku mengerti kerinduan,. atau setidaknya aku mengalami kesunyian..
namun tak cukup kata untuk melukiskan kerinduan itu,.
Namun pada akhirnya, kerinduan bukan keinginan mengulang kenangan,
tapi menjaga Ingatan dalam kesadaran..
Cukupkan aku dengan ingatan, setelah perjalanan panjang dalam kerinduan..
Cukupkan aku dengan keyakinan, setelah pendakian tinggi harapan..
Cukupkan aku, padamu..


*untukmu yang kurindukan*
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 25 Juli 2013

Hati

Ada sebuah hadist "Sesungguhnya dalam tubuh anak adam terdapat segumpal daging. Jika ia baik maka baiklah tubuh itu seluruhnya, dan anggota-anggota tubuh lainnya akan baik pula. Ia adalah Hati". Dalam pada itu di lain kesempatan, di sebuah hadist Qudsi beliau juga bersabda " Bumi dan Langit tidak dapat memuatKU, tetapi hati hambaKU yang berimanlah yang lemah-lembut dan tenang yang dapat memuatKU".

Dari dua hadist di atas dapat disimpulkan ada dua kekuatan yg di miliki oleh hati, yang mana kekuatan tersebut tak dimiliki oleh organ-organ lain, yaitu :

1. Hati mempunyai kemampuan untuk memimpin seluruh anggota tubuh. Hatilah yg memberi komando bagi seluruh tubuh untuk berbuat baik pun berbuat buruk

2. Hati mempunyai kemampuan untuk mengenal lebih jauh tentang hadir dan adanya Tuhan, atau dengan nama lain Ma'rifatullah.

Daripada itu hati pun mempunyai kecenderungan yang bertolak belakang, untuk berlari mendekat kepada Tuhan dan sebaliknya ia juga cenderung berlari membelakanginya. Kecenderungan pertama adalah kecenderungan dasar hati, sedangkan kecenderungan yang kedua adalah akibat dari pengaruh-pengaruh eksternal, dan jika di biarkan maka hati akan menjadi hati yang mati.

Hati yang mati akan menghilangkan sifat-sifat kemanusiaan dari manusia itu sendiri. Dan sungguh hal tersebut patutlah agar kita hindari. Adapun di antara penyebab matinya hati adalah karena kebanyakan dosa dan kebanyakan tidur.

Tidur di satu sisi disebut istirahat, namun di sisi lain tidur identik dengan kemalasan. Dengan banyaknya tidur seseorang akan dalam kondisi lupa kepada kewajiban dan tugas-tugasnya, baik kepada manusia ataupun kepada Allah. Disinilah penyakit hati tersebut akan timbul, dan mulai menjangkiti.

Sebagai seorang muslim yang baik, tentulah kita sangat menginginkan memiliki hati yang cemerlang. Maka dari itu kita hendaknya membiasakan diri menghindari hal-hal yg dapat mematikan hati dan berusaha sebisa mungkin menjaga cahaya hati dengan memperbanyak dzikir dan ibadah.

Wallahu'alam bisshowab

Powered by Telkomsel BlackBerry®