Minggu, 19 Mei 2013

Cinta tertinggi kepada seorang Manusia

Saat ini saya membayangkan beberapa ratus tahun silam, Khalifah Abu Bakr duduk berdua dengan Rasulullah Shallahu'alaihi Wasalam pada masa di sebuah Gua sempit dan pengap dalam rangka Hijrahnya ke Madinah. Ketika banyak pemuda-pemuda Quraisy sudah saling berteriak dan mencari di setiap celah dan Gua di pegunungan tersebut, namun Allah telah menolong mereka..Subhanallah..
Dalam pada itu di dalam Gua, sementara Nabi terus berdzikir dan berdo'a, Sang Sahabat, Abu Bakr bermandi keringat dan merapatkan diri kepada Nabi sehingga keluarlah kata fenomenal itu "Laa Tahzan InnaAllaha ma'ana" jangan bersedih Tuhan bersama kita. Dalam pada itu timbul dalam pemikiran saya, apa yg membuat Abu Bakr sedih hingga bermandi keringat dan merapatkan diri kepada Nabi ??
Apakah ketakutan beliau akan Nasib nya di timpa bencana dg banyaknya pemuda-pemuda di luar Gua?
Menarik disimak penuturan Ibnu Hisyam yg bersumber dari Hasan bin Abil-Hasan al-Basri :
"Ketika malam itu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasalam dan Abu Bakr memasuki gua, Abu Bakr masuk lebih dahulu sambil meraba-raba gua itu untuk mengetahui kalau-kalau ada binatang buas atau ular di tempat itu, Ia ingin melindungi Rasulullah dg dirinya.."
Subhanallah, dengan penuturan seperti itu,pantaskah kita berpikir bahwa beliau takut akan nasibnya di timpa bencana??
Sungguh dg penuturan Ibnu Hisyam tersebut, Abu Bakr bermandi keringat dan merapatkan diri kepada Nabi adl karena rasa takutnya akan apa yang akan menimpa diri Rasulullah dan perkembangan agama. Saat itu mungkin,kl boleh memberi misal, tidak ada lain adl seperti takutnya seorang Ibu yg khawatir akan keselamatan anaknya. Bila bahaya mengancam, Ia akan terjun melemparkan diri ke dalam bahaya itu tanpa peduli akan dirinya.. Ataukah Abu Bakr bahkan lebih gelisah dan khawatir dari ibu itu.. Subhanallah..Subhanallah..
Saat ini saya membayangkan kembali dua orang mulia itu duduk saling merapatkan diri, juga saya bayangkan betapa bahaya yang mengancam mereka. Imajinasi saya tak dapat membantu mengungkapkan segala yang terkandung dalam cinta dan lukisan hidup yang luar biasa itu. Begitu dalam dan suci cinta dalam iman dan takwa nya seorang sahabat, khalil, dan khalifah agung yang penuh kelembutan hati itu.. Tak ada satupun yang lebih baik darinya kecuali Rasulullah Shallahu 'alaihi wasalam..
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

Kamis, 16 Mei 2013

Adzan Terakhir Sang Muadzzin : Bilal Bin Rabbah

Cukup banyak kisah kesetiaan persahabatan yg kita baca dan kita dengar. Hampir semuanya selalu mengharukan dan membuat dada sesak.. Kisah2 ini pun banyak juga dari para sahabat Nabi, bagaimana kesetiaan mereka pada Nabi dan bagaimana nostalgia mereka sepeninggal Nabi.. Salah satunya adalah kisah Bilal bin Rabah, salah satu tokoh dan pembesar sahabat yg semasa Nabi berposisi sebagai muaddzin khusus beliau..
Semasa Nabi hidup, dan sejak disyariatkannya Adzan sebagai tanda masuknya waktu Shalat, Bilal menjabat posisi tetap itu, adzan 5 waktu dan itu berlangsung sampai Nabi kembali ke hadirat Allah. Setelah wafatnya Nabi, Bilal tidak mau lagi mengumandangkan Adzan, sebab pasti bersedih..
Posisinya pun diganti orang lain, itupun setiap adzan Bilal selalu mengenang wajah sosok yg telah mengangkat martabatnya begitu tinggi..
Pernah khalifah Abu Bakr memintanya untuk mengumandangkan adzan kembali, akan tetapi Bilal menolak sehingga Abu Bakr pun sempat mendesaknya, Bilal pun bertanya kepada Abu Bakr perihal peristiwa pedih kala kaum muslim masih hidup tertindas di Mekkah di awal2 masa risalah. Kala Bilal mengalami deraan siksaan hebat dari majikannya sebab dia memeluk Islam, dan Abu Bakr yg membebaskannya dg menebus Bilal.. Saat itu juga Bilal tak lagi berstatus sebagai hamba sahaya karena Abu Bakr menebus dan memberinya hak manusia merdeka karena Allah. Ketika didesak untuk adzan lagi, Bilal bertanya pada Abu Bakr apa motif dia saat menebusnya dulu? Karena Allah apa karena untuk Abu Bakr, Abu Bakr pun menjawab bahwa dia dulu menebusnya karena Allah. Bilal pun berkata " kalau begitu biarkan aku dg keinginanku, tidak adzan lagi.."
Abu Bakr pun membiarkannya dan tak lagi mendesaknya sampai beliau wafat dan khalifah digantikan oleh Umar bin Khattab..
Saat kepemimpinan Umar ini, Bilal memutuskan untuk ikut pasukan muslimin yg sedang melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah Romawi dan Persia. Hingga suatu saat Bilal memutuskan untuk menetap di salah satu kota yg berhasil dimerdekakan tentara muslim dari cengkeraman Romawi, Aleppo. Bertahun-tahun Bilal tinggal di kota itu dengan tujuan menghabiskan masa tua & sisa hidupnya.
Sampai suatu hari dia bermimpi jumpa sahabat lama, telah lama sekali jg Bilal tak memimpikan Sang Sahabat yg mengubah total seluruh hidupnya dan menjadikannya begitu berarti.. Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa salam !!!
Namun dalam mimpi itu, sang sahabat menegurnya, "maa hadza-l jafa' Ya Bilal", mengapa kamu tidak mengunjungiku Ya Bilal?
Seketika Bilal terperanjat bangun, Ya! cukup lama sudah dia meninggalkan Madinah, kerinduan pada Nabi mendadak begitu membuncah kali ini.. Bilal pun mempersiapkan segalanya untuk melakukan perjalanan ke Madinah, mengunjungi sang sahabat, berziarah pada Nabi.
Sesampai Madinah, Bilal segera bergegas ke masjid dan menuju makam sang sahabat, bersimpuh dan menangis tersedu sedan, Membuncah-ruahkan rindu.. Saat itu, Bilal dihampiri oleh dua anak yg telah beranjak remaja, cucunda Nabi, Hasan dan Husain, Bilal pun menangis memeluk keduanya .Salah satu dari cucunda Nabi berkata pada Bilal, "pamanda, maukah engkau sekali saja mengumandangkan adzan? Kami rindu pada kakek kami" Bilal terdiam, saat itu Khalifah Umar bertepatan sedang di masjid dan melihat adegan itu. Umar pun memohon Bilal untuk adzan. Dengan berat hati Bilal bersedia, sebab dia tahu bahwa dia pasti akan bersedih luar biasa jika mengumandangkan adzan kembali.
Namun karena permintaan cucunda Nabi dan permohonan Umar akhirnya Bilal bersedia untuk mengumandangkan adzan, sekali itu saja..
Bilal pun naik menara, dan saat dia berteriak "Allahu Akbar, Allahu Akbar", mendadak seluruh aktivitas kota Madinah terhenti, semua diam Seluruhnya tercekat, hari-hari indah semasa Nabi yg telah lama berlalu seolah hari itu kembali lagi, seisi kota terdiam bernostalgia, deja vu..
Saat Bilal mengumandangkan "Asyhadu an laa ilaha ilallah", seisi kota berhamburan berlarian ke arah masjid, bahkan wanita dlm pingitan seluruhnya berkumpul di halaman masjid, seolah Nabi hidup kembali, rasa rindu pada Sang Junjungan membuncah luar biasa dalam dada mereka
Dan kala Bilal mengumandangkan "Asyhadu anna Muhammadan Rasulallah", seketika tangisan pecah, seluruhnya-luruh dalam air mata. Semuanya menangis tersedu sedan teringat Nabi, bahkan Umar yg paling keras. Bilal sendiri jatuh terduduk menangis sesenggukan.
Dan adzan itu, adzan nostalgia yg dikumandangkan Bilal itu, tidak pernah rampung, Bilal tak sanggup meneruskan Adzan nostalgia itu. Sejarah mencatat, adzan nostalgia yang tidak selesai itu, adalah adzan terakhir yg dikumandangkan Bilal, setelah itu dia tidak adzan lagi..
Suatu gambaran cinta yang luar biasa. Tak diketemukan dalam sejarah apapun kekuatan cinta antara Rasulullah dan sahabat2nya.
Ya Allah... Tumbuhkan dalam hati kami rasa cinta yang luar biasa itu kepada Sang Junjungan yg kami sayangi...
Allahumma amboi indahnya... Allahumma amboi syahdunya... Allahumma amboi rindunya... Shallallah alaika Ya Sayyidi Ya Rasulallah :'(


Dari Kitab : Hayatus Shohabah, by Zakaria al-Kandahlawi
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

Rabu, 15 Mei 2013

Perjuangan Menuju Khilafah

Santer ku dengar gaung dan roma-roma keinginan sebagian muslim untuk mendirikan Khilafah,Muktamar-Muktamar Khilafah pun di adakan di seluruh Indonesia.

Sudah ku ikuti pula halaqoh-halaqoh mereka, hingga sedikit banyak aku mengerti apa sih tujuan mereka itu?

Tujuan yg sangat-sangat mulia untuk menyatukan Umat Islam,membawa kembali syariat Islam untuk di tegakkan..

Namun dari dalam pula aku sangat-sangat menyadari kelemahan-kelemahan pemikiran dan tujuan ini..apa yang hendak mereka perjuangkan itu tak mereka pahami seutuhnya, aku tak mengatakan mereka salah, tapi menurutku itu hal yang sia-sia di lakukan di saat-saat ini..kenapa aku bilang sia-sia? Ya karena pondasinya masih lemah, apa pondasinya? Ya Umat Islam sendiri, banyak dari kita yang meskipun muslim dan berusaha menjalankan Islam sebaik mungkin masih saja terjerumus hal-hal sepele, memahami, menelaah, meneliti dalil,ayat, dan aturan-aturan pun msh sebatas "Daki" ya aku bilang "Daki" bahkan kulitnya pun masih belum kita kupas..Lalu pertanyaan nya adalah bagaimana Khilafah itu akan berdiri jika ini yg terjadi ??

Satu hal pula yg nyaris di lupakan pegiat-pegiat khilafah..AKHLAK, ya mereka meyakini bahwa akhlak akan terbentuk jika di "paksa" dengan aturan yang berlaku, tapi mereka seolah lupa perjuangan Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa salam yg paling lama adl perbaikan Akhlak,perbaikan pola pikir, dan perbaikan-perbaikan lain sebelum akhirnya syariat tersebut di tetapkan di Madinah..

Belum lagi arti khilafah dan contoh khalifah yg mereka berikan..mereka seolah tutup mata dengan banyaknya khalifah dari contoh khilafah mereka yg "nyeleneh" (saya pribadi sampai saat ini cuma mengakuin Abu Bakr, Umar, Utsman, 'Ali, dan Hasan RA sbagai khalifah yg sah, sedangkan yg lain adalah Raja dg nama Khalifah yg memimpin Kerajaan bernama Khilafah dg aturan-aturan Syariat Islam)

Pun dg adanya persatuan agama sebelum berdirinya Khilafah terdahulu, juga dg adanya hak ekslusif ke-khalifah-an oleh para ahlulbait dalam tampuk Khilafah zaman ini, yang mana saat ini pun para ahlul bait belum tergerak untuk membentuk Khilafah dan masih berfokus terhadap pelurusan aqidah dan pembentukan akhlak..

Akhir kata untuk terbentuknya Khilafah yg kita idam-idamkan seyogyanya kita para muslim agar kembali terus belajar dan memperdalam ilmu juga memperbaiki akhlak umat dengan ilmu dan pemahaman yang benar dg menghormati perbedaan dengan mencaci ataupun menghina bahkan mengkafirkan muslim lain yg tak sependapat dengan kita

Wallahu 'alam bi showab..